permainan matematika

permainan matematika

Apakah anda setuju dengan belajar sambil bermain anak lebih cepat faham?

Bermain Sambil belajar

BELAJAR MATEMATIKA

Banyak murid atau anak, yang bilang bahwa matematika itu sangat sulit, sukar, menakutkan, bosen dan menyebalkan. Namun kita sebagai orang tua atau sebagai pendidik tidak perlu putus asa atau bingung untuk mengajarkan murid / anak untuk belajar matematika lebih menyenangkan, yaitu dengan cara bermain. Bukan hanya itu saja buatlah suasana belajar yang menyenangkan dan manfatkanlah peralatan yang ada di lingkungan sekitar kita sebagai alat untuk mengajar matematika kepada anak/ siswa kita .

Pendidik maupun orang tua mulailah dari sekarang mengajarkan anak/ murid dengan menggunakan metode permainan lebih efektif , karena pada umumnya siswa /anak lebih suka bermain dibandingkan dengan belajar. Dengan bermain pun anak/siswa secara langsung belajar.

pendidik maupun orangtua tak perlu merasa kesulitan dalam mengajarkan anak matematika, sekarang sudah banyak permainan anak yang edukatif. permainan edukatif pun tidak perlu mahal, manfaatkanlah yang ada dilingkungan sekitar kita sebagai alat/ sumber belajar matematika anak.








Jumat, 04 Oktober 2013

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KERJA YANG KONDUSIF DI SEKOLAH


Lingkungan  kerja yang kondusif di sekolah merupakan salah satu prasyarat terciptanya kinerja sekolah yang tinggi. Lingkungan kerja yang kondusif bisa tercipta jika adanya komunikasi yang baik dalam lingkungan sekolah seperti : interaksi antar sesama (kepala sekolah, guru, dan karyawan), motivasi kerja tinggi, tidak ada saling curiga, dan memberikan kontribusi menjadi orientasi setiap warga sekolah. Semua hal ini hanya bisa diraih jika semua warga sekolah memiliki pikiran positif. Semua perilaku warga sekolah akan ditentukan oleh cara berpikir mereka. Jika sekolah menginginkan perilaku positif dari warga sekolah, maka sekolah harus mengembangkan atau memperbaiki cara berpikir warga sekolah agar mereka memiliki pikiran positif. Kurangnya motivasi kerja dan lingkungan kerja yang tidak kondusif akan menjadi penghalang tercapainya kinerja sekolah yang tinggi. Penyebabnya adalah karena budaya berpikir positif masih kurang dalam sekolah tersebut. Ada berbagai penyebab mengapa budaya berpikir positif dalam sekolah bisa sangat kurang. Penyebab pertama adalah memang sekolah sengaja menciptakan konflik antar warga sekolah. Maksudnya adalah agar terjadi persaingan sehingga masing-masing  guru/ pegawai dipicu untuk memberikan kontribusi kepada guru/ pegawai. Namun, kepala sekolah / pemimpin yang menerapkan cara ini tidak menyadari adanya efek samping yang justru  membahayakan kinerja sekolah.
Rasa curiga akan muncul diantara warga sekolah sehingga akan mengurangi kerja sama antar warga sekolah. Kecuali sistem pekerjaan memang didesain untuk bekerja secara individu, kurangnya kerja sama akan membuat kinerja sekolah menjadi terhambat. Akibat negatif yang lain dari lingkungan kerja seperti ini ialah munculnya budaya “menyalahkan”. Budaya menyalahkan akan sangat membahayakan, karena saat masalah muncul, orientasi warga sekolah akan menyalahkan orang lain dari pada berusaha mencari solusi. Manajemen yang menghasilkan konflik dalam warga sekolah sudah tidak jaman lagi. Konsep ini sudah usang dan harus segera diganti dengan manajemen yang justru menciptakan pikiran positif antara warga sekolah. Dengan mengutamakan berpikir positif, kalau pun ada persaingan, akan terjadi persaingan secara sehat. Persaingan tetap ada tetapi kerja sama akan tetap terpelihara. Bagaimana menciptakan lingkungan kerja kondusif di sekolah? Berikut ini beberapa tips untuk menciptakan suasana kondusif di sekolah :
1.    Ciptakan dan sosialisasi budaya sekolah yang melahirkan suasana kondusif seperti : berpikir positif, kerja sama, saling menghargai, budaya keterbukaan dan lain sebagainya.
2.    Penilaian dan penghargaan kinerja yang mempertimbangkan faktor - faktor hubungan personal seperti: menyertakan kerja sama, komunikasi, kepemimpinan, dan harmonisasi dalam tim dalam menilai kinerja kepala sekolah/ pemimpin atau menilai kinerja guru yang melibatkan rekan kerja.
3.    Adakan acara rutin untuk menjalin kebersamaan seperti mengadakan outbond, makan bersama, senam pagi bersama, arisan, piknik sehingga guru dan pegawai memahami bahwa sekolah sangat peduli memperhatikan lingkungan kerja yang kondusif.
4.    Studi banding ke sekolah lain.
5. Adakan evaluasi  suasana kerja sekolah secara berkala seperti :mengadakan wawancara atau berupa angket pada warga sekolah untuk mengetahui baik atau tidaknya lingkungan kerja yang mereka rasakan.
6.  Sediakan kota pengaduan atau saran untuk memberikan masukan dan ide-ide atau kritikan baik kepada sekolah maupun kepada perorangan.
7.    Berikan tindakan  bagi yang melanggar misalnya memberikan peringatan atau hukuman untuk kesalahan dan kelalaian yang dilakukan guru / pegawai yang menyebabkan lingkungan kerja kurang kondusif sesuai hasil evaluasi penilaian kinerja atau dari pengaduan kotak saran, namun terlebih dahulu melakukan penyelidikan yang komprehensif dan objektif.

Sungguh alangkah nikmatnya hidup dalam komunitas di mana di dalamnya penuh raut wajah cerah, riang, optimistis, saling apresiasi, saling memahami, saling percaya, saling memuji, saling toleransi dan bukan saling iri serta benci. Jika suasana kerja di sekolah bisa seperti ini, tentulah keberhasilan yang akan kita songsong di kemudian hari. Masyarakat yang telah dan akan mempercayakan putra-putrinya pada sekolah kita pun tidak ragu lagi.

Selasa, 11 Januari 2011


7 Habits of Highly Effective People & The 8th Habit (Stephen R. Covey)

Tujuh kebiasaan pembangun kemenangan dijabarkan oleh Stephen R. Covey dalam bukunnya 7 Habits of Highly Effective People, merupakan esensi perwujudan dari upaya kita untuk menjadi seseorang yang seimbang, utuh, dan kuat, serta menciptakan sebuah tim yang saling melengkapi berdasarkan rasa saling menghormati. Hal ini adalah merupakan prinsip-prinsip dari karakter pribadi.7 Habits

Habit 1 - Proactive
Menjadi proaktif adalah sesuatu yang lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Proaktif berarti menyadari bahwa kita bertanggung jawab terhadap pilihanpilihan kita dan memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan prinsip dan nilai, dan bukan berdasarkan suasana hati atau kondisi di sekitar kita. Orang-orang yang proaktif adalah agen-agen perubahan, dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak menjadi reaktif; mereka memilih untuk tidak menyalahkan
orang lain.
Habit 2 – Start from the End
Individu, keluarga, tim dan organisasi membentuk masa depan mereka dengan terlebih dahulu menciptakan sebuah visi mental untuk segala proyek, baik besar maupun kecil, pribadi atau antarpribadi. Mereka tidak sekedar hidup dari hari ke hari tanpa tujuan yang jelas dalam pikiran mereka. Mereka mengidentifikasi diri dan memberikan komitmen terhadap prinsip, hubungan, dan tujuan yang paling berarti bagi mereka.

Habit 3 – Put First thing first
Mendahulukan yang utama berarti mengatur aktivitas dan melaksanakannya berdasarkan prioritas-prioritas yang paling penting. Apa pun situasinya, hal itu berarti menjalani kehidupan dengan didasarkan pada prinsip-prinsip yang dirasakan paling berharga, bukan oleh agenda dan kekuatan sekitar yang mendesak saja.

Habit 4 – Think Win Win
Berpikir menang-menang adalah kerangka pikiran dan hati yang berusaha mencari manfaat bersama dan saling menghormati di dalam segala jenis interaksi.Berpikir menang-menang adalah berpikir dengan dasar-dasar MentalitasBerkelimpahan yang melihat banyak peluang, dan bukan berpikir dengan Mentalitas Berkekurangan dan persaingan yang saling mematikan. Karakter ini bukanlah berpikir secara egois (menang-kalah) atau seperti martir (kalahmenang). Karakter ini adalah berpikir dengan mengacu kepada kepentingan“kita”, bukan “aku”.

Habit 5 – Effective Communication
Effective Communication yang dimaksud adalah berkomunikasi dengan empathy; berusaha memahami dulu, baru kemudian berusaha dipahami. Jika kita mendengar dengan maksud untuk memahami orang lain, dan bukan sekedar untuk mencai celah untuk menjawab, kita bisa memulai komunikasi dan pembentukan hubungan yang sejati. Peluang-peluang untuk berbicara secara terbuka dan untuk dipahami kemudian akan datang secara lebih alamiah dan mudah. Berusaha untuk memahami memerlukan pertimbangan matang; berusaha untuk dipahami memerlukan keberanian. Efektivitas terletak pada menyeimbangkan atau menggabungkan keduanya.

Habit 6 – Synergy
Sinergi adalah alternatif ketiga – bukan cara saya, cara Anda, tetapi sebuah cara ketiga yang lebih baik daripada apa yang bisa kita capai sendiri-sendiri. Sinergi merupakan buah dari sikap menghormati, menghargai, dan bahkan merayakan
adanya perbedaan di antara orang-orang. Sinergi bersangkut paut dengan upaya untuk memecahkan masalah, meraih peluang dan menyelesaikan perbedaan. Ini seperti kerja sama kreatif di mana 1 + 1 = 3, 11, 111, … atau lebih banyak lagi. Sinergi juga merupakan kunci keberhasilan dari tim atau hubungan efektif mana pun. Sebuah tim yang bersinergi adalah sebuah tim yang saling melengkapi, di mana tim itu diatur sedemikian rupa sehingga kekuatan dari para anggotanya bisa saling menutupi kelemahan-kelemahannya. Dengan cara ini kita mengoptimalkan
kekuatan, bekerja dengan kekuatan tersebut, dan membuat kelemahan dari masing-masing orang menjadi tidak relevan.

7 – Sharpen the Saw
Mengasah gergaji berkenaan dengan upaya kita untuk memperbarui diri secara terus-menerus pada empat bidang dasar kehidupan: fisik, sosial/emosional, mental, dan spiritual. Ini adalah karakter yang meningkatkan kapasitas kita untuk menjalankan semua kebiasaan lain yang akan meningkatkan efektivitas kita.

Tiga kebiasaan pertama (Proactive, Start form the End, Put First thing First) akan meningkatkan rasa percaya diri secara signifikan yang berujung kepada kemenangan pribadi (Private Victory). Ketiga karakter berikutnya (Think Win-win, Effective Communication, Sinergy) akan memperbaiki dan membina kembali hubungan tim menjadi lebih solid, lebih kreatif dan mencapai kemenangan publik (Public Victory). Kebiasaan ketujuh, jika dihayati secara mendalam, akan memperbarui enam kebiasaan yang pertama dan akan membuat kita benar-benar mandiri dan mampu untuk saling tergantung secara efektif. Karakter ini memperbarui integritas dan rasa aman seseorang yang berasal dari kedalaman dirinya sendiri (Karakter 1, 2 dan 3) dan memperbarui semangat maupun karakter untuk membentuk tim yang saling melengkapi (Karakter 4, 5 dan 6).
The 8th Habit
Tahun 2005, Stephen R. Covey menambah karakter ke delapan sebagai dimensi baru dalam mewujudkan pemahaman mengenai pribadi yang utuh. Karakter kedelapan memberi pola pikir dan perangkat keahlian untuk secara terus menerus menggali potensi yang ada di dalam diri manusia melalui semua peran dalam 4 Peran Kepemimpinan :
Pertama, Panutan atau menyajikan keteladanan (individu, tim). Menjadi panutan mengilhami timbulnya kepercayaan tanpa memintanya. Jika orang hidup dengan prinsip-prinsip yang diwujudkan dalam karakter ke-8, kepercayaan, pengikat kehidupan ini, akan tumbuh dengan subur. Kepercayaan akan muncul kalau kita memang layak dipercaya. Secara singkat, mejadi panutan menghasilkan kewibawaan moral pribadi.Kedua, Perintis. Merintis jalan menciptakan keteraturan tanpa perlu memaksakannya. Hal ini berarti bahwa jika orang mengaitkan identitas mereka dan terlibat dalam pembuata keputusan-keputusan strategis, khususnya mengenai nilai-nilai yang dipegang serta tujuan-tujuan prioritas tertinggi, mereka akan mengalami keterkaitan emosional. Manajemen dan motivasi merupakan urusan di dalam diri. Orang tidak perlu lagi diatur-atur dan dimotivasi dari luar. Merintis jalan menghasilkan kewibawaan moral visioner. Ketiga, Penyelaras. Menyelaraskan struktur, sistem, dan proses merupakan perwujudan dari upaya untuk memupuk organisasi dan semangat kepercayaan, visi, dan pemberdayaan. Menyeleraskan menghasilkan kewibawaan moral yang dilembagakan.
Keempat, Pemberdaya. Memberdayakan adalah buah dari ketiga peran yang lain –
menjadi panutan, merintis jalan, dan menyelaraskan. Peran ini membebaskan potensi
manusia tanpa memerlukan motivasi eksternal. Memberdayakan akan menghasilkan
kewibawaan moral budaya.

Senin, 08 Maret 2010

Pentingnya Nilai Bermain Pada Anak

Imam Al- Ghazali berkata:" Hendaknya setelah pulang belajar mengaji untuk bermain dengan permainan yang bagus dan dapat menghilangkan kepenatan belajar mengaji mengingat anak-anak tidak akan capek dari bermain. Seandainya anak-anak dilarang bermain dan menyibukkannya selalu dengan belajar dapat mengakibatkan matinya hati, dan hilangnya kecerdasan , sehingga hidupnya akan terganggu dan mencari tipu daya untuk melepaskan diri dari hal tersebut.
Para Ahli Psikologi menekankan pentingnya nilai bermain pada anak
  1. Stimulasi, merangsang anak dalam berfikir dan beraktivitas
  2. Meningkatkan keterampilan dan koordinasi ( trampil dalam mengkoordinasi indra mereka)
  3. Mengekspresikan pikiran dan perasaan ( senang dan daya pikir terus berkembang)
  4. Mampu bersosialisasi.

Senin, 22 Februari 2010

Bermain

Bermain merupakan suatu kegiatan yang banyak diminati dan disukai oleh anak-anak. Tidak hanya anak-anak, Orang dewasa pun suka dan menikmati permainan mereka sendiri, tetapi juga terpesona oleh permainan orang lain. Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan itu dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar(Hurlock,1997) Bagi anak-anak, bermain adalah aktivitas yang dilakukan kareana ingin, bukan karena harus memenuhi tujuan atau keinginan orang lain. Mengapa anak perlu bermain ?
1. Anak mempunyai energi lebih yang harus disalurkan
2. Melalui bermain anak mendapat pengalaman langsung bersosialisasi
3. Anak akan memahami dan memainkan peran-peran disekitarnya
4. Anak perlu berinteraksi untuk mengkreasikan pengetahuan mereka.
5. anak belajar tahu dan menyelesaikan masalah
6. Anak mempunyai harga diri karena menguasai tubuh, gerak, keterampilansosial.
7. Anak perlu melepaskan desakkan emosi secara tepat.
8. anak perlu menyegarkan diri dari rutinitas hidup sehari-hari.

Bermain

Bermain merupakan suatu kegiatan yang banyak diminati dan disukai oleh anak-anak. Tidak hanya anak-anak, Orang dewasa pun suka dan menikmati permainan mereka sendiri, tetapi juga terpesona oleh permainan orang lain. Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan itu dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar(Hurlock,1997) Bagi anak-anak, bermain adalah aktivitas yang dilakukan kareana ingin, bukan karena harus memenuhi tujuan atau keinginan orang lain. Mengapa anak perlu bermain ?
1. Anak mempunyai energi lebih yang harus disalurkan
2. Melalui bermain anak mendapat pengalaman langsung bersosialisasi
3. Anak akan memahami dan memainkan peran-peran disekitarnya
4. Anak perlu berinteraksi untuk mengkreasikan pengetahuan mereka.
5. anak belajar tahu dan menyelesaikan masalah
6. Anak mempunyai harga diri karena menguasai tubuh, gerak, keterampilansosial.
7. Anak perlu melepaskan desakkan emosi secara tepat.
8. anak perlu menyegarkan diri dari rutinitas hidup sehari-hari.

Jumat, 27 November 2009

Permainan matematika

1. Ayo … berhitung

Tujuan : mengenal konsep bilangan 1-10
Alat dan bahan :

  • Dadu
  • Gantungan baju
  • Penjepit jemuran

Cara bermain :
Ajaklah siswa bermain dengan berpasangan. Siswa yang pertama bertugas melempar dadu, dan siswa yang kedua bertugas untuk menghitung dengan menggunakan gantungan baju dan jepitan jemuran.
Siswa pertama melempar dadu, siswa kedua melihat berapa nilai yang muncul pada dadu dan menghitung dengan menjepitkan penjempit jemuran ke gantungan baju sesuai dengan nilai yang muncul pada dadu.
Lakukan permainan ini berkali-kali dan saling bergantian , sampai anak mampu menghitung angka dengan benar.


2. Hore … aku bisa berhitung…!

Tujuan : Mengenal konsep bilangan 1-10, menanamkan sikap kerja sama team.
Alat dan bahan : Kapur , batu, lingkungan
Cara Bermain :
Buatlah 3 lingkaran di halaman dengan menggunakan kapur tulis
Tulis angka 1,2,3,4,5,6....10 didalam masing masing lingkaran tersebut.
Buatlah 3 kelompok, masing-masing 5 anggota.
Ajaklah anak berlomba untuk meletakkan batu sesuai dengan angka yang ada.
Selanjutnya mulai mengerjakan dari awal bersama-sama anak-anak.
Sebutkan angka sesuai dengan keadaannya.
Menumbuhkan sikap gotong royong dan kerjasama yang baik dalam satu team.



3. Bilangan ganjil dan genab

Tujuan : mengenal konsep bilangan ganjil dan genab
Alat : kelereng
Cara bermain :
Ajaklah siswa bermain lebih mengenal bilangan genab dan ganjil menggunakan kelereng. Mintalah anak mengambil sebagian kelereng tersebut dengan jumlah acak
Mintalah anak untuk memasangkan kelereng dan tanyakan kepada anak apakah kelereng mereka habis berpasangan.
Contoh : 8 = pasangkan kelereng dua-dua sampai habis
Jika kelereng tersebut habis berpasangan, maka bantulah anak untuk mendefinisikan bilangan 8 adalah sebagai bilangan genab.
Lalu mintalah anak untuk mengambil 9 kelereng, lalu pasangkan kelereng itu dua-dua,tanyakan apakah kelereng itu habis berpasangan
Contoh : 9 = pasangkan kekelereng dua-dua
Jika kelereng itu ada salah satu yang tidak berpasangan, nyatakan pada anak bahwa definisi bilangan 9 adalah sebagai bilanagn ganjil.
Selain menggunakan kelereng, Ajaklah anak menggunakan jari tangannya untuk menentukan bilangan genab dan ganjil.
Ulangi beberapa kali dan bantulah anak mengambil kesimpulan mengenai bilangan ganjil dan genab


4. “Lebih”, “kurang”, atau sama.

Tujuan :
Membantu memahami arti “lebih”, ”kurang”, ”sama”, ”lebih sedikit”, dan bahwa jumlah sangat berbeda dengan ukuran, dan memulai mengenali jumlah kecil benda-benda tanpa menghitungnya.
Alat dan bahan :
korek api, kacang hijau, kerikil, daun, kacang tanah, Lidi, tutup botol dan cawan
Cara bermain :
Siapkanlah enam cawan, masing-masing berisi benda-benda yang berlainan dengan jumlah yang berlainan pula, misalnya 6 batang korek, 5 kacang hijau, 4 krikil, 3 lidi, 2 kacang tanah, dan 1 daun.
Kacang hijauAjaklah siswa untuk berpasangan dengan temannya, kemudian mintalah tiap anak untuk mengambil satu cawan dan menebak, tanpa menghitung, siapa yang punya lebih. Cek tebakan ini dengan memadankan. Contoh:
lidi Tanyakan kepada siswa mana yang lebih banyak dan mana yang lebih sedikit.
Variasikan , taruh sama benda dalam dua cawan
Taruh empat benda besar dalam satu cawan dan empat benda kecil dalam sebuah cawan lain, katakan 5 kacang hijau sama dengan 5 tutup botol. Kemudian taruhlah jumlah benda yang lebih besar dari 6 korek api.
Ulangi permainan ini hingga anak mengerti besar, kecil atau sama .


5. Kantong nilai tempat

Tujuan : menentukan nilai tempat
Alat dan bahan :
Kantong dari kertas karton / kain
Lidi / kayu
kartu bilangan 20 – 100
Cara bermain :
Ajaklah siswa bermain dengan berpasangan. Mintalah siswa yang pertama untuk mengambil kartu bilangan dan menunjukkan kepada siswa kedua bilangan tersebut, dan siswa yang kedua memasukan lidi kedalam kantong nilai puluhan dan satuan sesuai dengan kartu bilangan.
Contoh: siswa pertama mengambil bilangan 23, maka siswa kedua memasukan 2 lidi kedalam kantong puluhan dan 3 lidi dimasukkan kedalam kantong satuan
Ajarkan anak untuk membaca 2 puluhan + 3 satuan = 23
Begitu juga sebaliknya, mintalah siswa yang kedua untuk meletakkan 4 lidi di tempat puluhan dan 6 lidi di tempat satuan, dan tugas siswa pertama mencari kartu bilangan yang bernilai 46.
Lakukan permainan ini berkali-kali dan saling bergantian , sehingga anak mengerti dan memahami posisi dan nilai tempat suatu bilangan.

6. Ayo... lomba berhitung yuk...!

Tujuan : Melatih kecepatan berhitungan penjumlahan
Alat dan bahan : Karton bergambar ( pohon hitungan ), doubel tip, Kartu angka 0 – 100.
Cara bermain :
Ajaklah siswa membentuk 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 anggota
Siapkanlah lima karton bergambar pohon hitungan yang telah di tempelkan di tembok.
Masing – masing kelompok berdiri dihadapan pohon hitung, dan masing-masing kelompok memiliki kartu bilangan 0 – 100
Berilah aba-aba agar anak berlari ketempat pohon hitung dan menempel kartu bilangan sesuai hasil hitungannya.
Siswa melakukan ini secara bergilir dengan anggota kelompoknya, siapa yang melakukan ini dengan tepat dan cepat itulah yang menjadi pemenangnya.


7. Jungle adventure

Tujuan : melatih ketangkasan berhitung ( pengurangan)
Alat dan bahan : dadu, 4 pion, gambar , karton jejak jungle adventure (penjumlahan dan pengurangan)
Caranya bermain:
Ajaklah anak untuk bermain 2 atau 4 anak
Tiap pemain memilih pion yang akan dipakai
letakkan pion di kotak Start
pada awal setiap permainan, tentukan urutan giliran pemain terlebih dahulu.
Pada setiap giliran, seorang pemain melemparkan dadu 1 kali dan memajukan poinnya sekian kotak sebanyak angka dadu yang keluar
Jika pemain sampai pada kotak yang berisi -1, -2, atau -3, pada giliran berikut kurangkan angka dadu yang diperoleh dengan angka yang tertera dikotak.
Pemain yang pertama kali mencapai atau melewati kotak finish, menjadi pemenang dalam permainan jugle adventure.


10. Lomba lari sambil belajar ( +, -, x atau : )

Tujuan :
Melatih kecepatan berhitung (+, -, x, atau : ).
Alat dan bahan :
100 bola plastik yang telah di beri angka 0 – 100.
Satu ember besar dan 2 ember kecil.
Cara bermain :
Siapkan 1 ember besar berisi bola plastik yang telah diberi angka 1 – 100 berjarak kurang lebih 5 meter dari peserta.
Bentuk peserta menjadi dua kelompok yang sama banyak, dan masing-masing kelompok memiliki 1 ember kecil untuk mengetahui jumlah bola yang akan diperolehnya.
Kedua kelompok berbaris mengarah ke ember besar yang berisi bola angka. Peserta mendengarkan aba- aba dari pembimbing, dan salah satu anggotanya mewakili untuk mengambil bola yang dimaksud oleh pembimbing, disitulah siswa dilatih untuk lebih cepat berhitung, karena siapa yang cepat berhitungnya maka dialah mendapatkan bola yang dimaksud. ( saling bergilir, sampai semua anggota kelompok juga melakukan hal yang sama)
Contohnya: pembimbing memberi aba –aba,” 7 x 4=......”, maka peserta kelompok mengambil bola angka 28, dan seterusnya tergantung peritah dari pembimbing. Soal bisa bervariasi.
Setelah semua anggota kelompok selesai bergilir mendapatkan perintah dari pembimbing makapembimbing menghitung jumlah bola pada masing – masing kelompok. Apa bila yang mendapatkan jumlah bola yang terbanyak itulah yang menjadi pemenangnya.

Selasa, 01 September 2009

TIP MENGAJAR MATEMATIKA

Teman-teman para pendidik dan para orang tua yang saya hormati, saya hanya berbagi pengalaman untuk membantu guru-guru atau para orang tua dalam mengajarkan anak/peserta didik belajar matematika secara menyenangkan dan mengasyikan. Selama kurang lebih tujuh tahun saya mencoba untuk melakukan pengajaran matematika terhadap peserta didik saya dengan menggunakan permainan matematika. Dampak dari permainan matematika tersebut adalah sangat besar bagi peserta didik dalam mengenal dan mengigat konsep - konsep dasar matematika. Ada beberapa kiat yang perlu kita ketahui dalam mengajarkan anak/peserta didik kita dalam pembelajaran matematika yang menyenangkan yaitu:
1. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan dan mengasyikan
2. Manfaatkan sarana bermain untuk belajar matematika
3. Tumbuhkan sikap positif dan percaya diri kepada anak terhadap matematika,
4. Gunakakanlah lingkungan dan benda-benda di sekitar sebagai alat dan bahan dalam pembelajaran matematika
5. Gunakanlah permainan/game sebagai metode pengajaran
6. buatlah pemahaman kepada anak arti pentingnya belajar matematika dalam kehidupan sehari – hari.
Mengajar matematika bukan hanya sekedar mengenal angka dan menghafalnya, namun bagaimana anak memahami makna bermatematika. Orang tua harus memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi, observasi dalam keadaan rileks, tidak terburu-buru. Rebutlah setiap kesempatan untuk belajar mengajar dengan anak. Hindarkan waktu yang terbuang, karena kita akan merenggut pula waktu anak kita.