permainan matematika

permainan matematika

Apakah anda setuju dengan belajar sambil bermain anak lebih cepat faham?

Bermain Sambil belajar

BELAJAR MATEMATIKA

Banyak murid atau anak, yang bilang bahwa matematika itu sangat sulit, sukar, menakutkan, bosen dan menyebalkan. Namun kita sebagai orang tua atau sebagai pendidik tidak perlu putus asa atau bingung untuk mengajarkan murid / anak untuk belajar matematika lebih menyenangkan, yaitu dengan cara bermain. Bukan hanya itu saja buatlah suasana belajar yang menyenangkan dan manfatkanlah peralatan yang ada di lingkungan sekitar kita sebagai alat untuk mengajar matematika kepada anak/ siswa kita .

Pendidik maupun orang tua mulailah dari sekarang mengajarkan anak/ murid dengan menggunakan metode permainan lebih efektif , karena pada umumnya siswa /anak lebih suka bermain dibandingkan dengan belajar. Dengan bermain pun anak/siswa secara langsung belajar.

pendidik maupun orangtua tak perlu merasa kesulitan dalam mengajarkan anak matematika, sekarang sudah banyak permainan anak yang edukatif. permainan edukatif pun tidak perlu mahal, manfaatkanlah yang ada dilingkungan sekitar kita sebagai alat/ sumber belajar matematika anak.








Jumat, 04 Oktober 2013

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KERJA YANG KONDUSIF DI SEKOLAH


Lingkungan  kerja yang kondusif di sekolah merupakan salah satu prasyarat terciptanya kinerja sekolah yang tinggi. Lingkungan kerja yang kondusif bisa tercipta jika adanya komunikasi yang baik dalam lingkungan sekolah seperti : interaksi antar sesama (kepala sekolah, guru, dan karyawan), motivasi kerja tinggi, tidak ada saling curiga, dan memberikan kontribusi menjadi orientasi setiap warga sekolah. Semua hal ini hanya bisa diraih jika semua warga sekolah memiliki pikiran positif. Semua perilaku warga sekolah akan ditentukan oleh cara berpikir mereka. Jika sekolah menginginkan perilaku positif dari warga sekolah, maka sekolah harus mengembangkan atau memperbaiki cara berpikir warga sekolah agar mereka memiliki pikiran positif. Kurangnya motivasi kerja dan lingkungan kerja yang tidak kondusif akan menjadi penghalang tercapainya kinerja sekolah yang tinggi. Penyebabnya adalah karena budaya berpikir positif masih kurang dalam sekolah tersebut. Ada berbagai penyebab mengapa budaya berpikir positif dalam sekolah bisa sangat kurang. Penyebab pertama adalah memang sekolah sengaja menciptakan konflik antar warga sekolah. Maksudnya adalah agar terjadi persaingan sehingga masing-masing  guru/ pegawai dipicu untuk memberikan kontribusi kepada guru/ pegawai. Namun, kepala sekolah / pemimpin yang menerapkan cara ini tidak menyadari adanya efek samping yang justru  membahayakan kinerja sekolah.
Rasa curiga akan muncul diantara warga sekolah sehingga akan mengurangi kerja sama antar warga sekolah. Kecuali sistem pekerjaan memang didesain untuk bekerja secara individu, kurangnya kerja sama akan membuat kinerja sekolah menjadi terhambat. Akibat negatif yang lain dari lingkungan kerja seperti ini ialah munculnya budaya “menyalahkan”. Budaya menyalahkan akan sangat membahayakan, karena saat masalah muncul, orientasi warga sekolah akan menyalahkan orang lain dari pada berusaha mencari solusi. Manajemen yang menghasilkan konflik dalam warga sekolah sudah tidak jaman lagi. Konsep ini sudah usang dan harus segera diganti dengan manajemen yang justru menciptakan pikiran positif antara warga sekolah. Dengan mengutamakan berpikir positif, kalau pun ada persaingan, akan terjadi persaingan secara sehat. Persaingan tetap ada tetapi kerja sama akan tetap terpelihara. Bagaimana menciptakan lingkungan kerja kondusif di sekolah? Berikut ini beberapa tips untuk menciptakan suasana kondusif di sekolah :
1.    Ciptakan dan sosialisasi budaya sekolah yang melahirkan suasana kondusif seperti : berpikir positif, kerja sama, saling menghargai, budaya keterbukaan dan lain sebagainya.
2.    Penilaian dan penghargaan kinerja yang mempertimbangkan faktor - faktor hubungan personal seperti: menyertakan kerja sama, komunikasi, kepemimpinan, dan harmonisasi dalam tim dalam menilai kinerja kepala sekolah/ pemimpin atau menilai kinerja guru yang melibatkan rekan kerja.
3.    Adakan acara rutin untuk menjalin kebersamaan seperti mengadakan outbond, makan bersama, senam pagi bersama, arisan, piknik sehingga guru dan pegawai memahami bahwa sekolah sangat peduli memperhatikan lingkungan kerja yang kondusif.
4.    Studi banding ke sekolah lain.
5. Adakan evaluasi  suasana kerja sekolah secara berkala seperti :mengadakan wawancara atau berupa angket pada warga sekolah untuk mengetahui baik atau tidaknya lingkungan kerja yang mereka rasakan.
6.  Sediakan kota pengaduan atau saran untuk memberikan masukan dan ide-ide atau kritikan baik kepada sekolah maupun kepada perorangan.
7.    Berikan tindakan  bagi yang melanggar misalnya memberikan peringatan atau hukuman untuk kesalahan dan kelalaian yang dilakukan guru / pegawai yang menyebabkan lingkungan kerja kurang kondusif sesuai hasil evaluasi penilaian kinerja atau dari pengaduan kotak saran, namun terlebih dahulu melakukan penyelidikan yang komprehensif dan objektif.

Sungguh alangkah nikmatnya hidup dalam komunitas di mana di dalamnya penuh raut wajah cerah, riang, optimistis, saling apresiasi, saling memahami, saling percaya, saling memuji, saling toleransi dan bukan saling iri serta benci. Jika suasana kerja di sekolah bisa seperti ini, tentulah keberhasilan yang akan kita songsong di kemudian hari. Masyarakat yang telah dan akan mempercayakan putra-putrinya pada sekolah kita pun tidak ragu lagi.